Christmas Island: Harmoni Kehidupan Muslim di Pulau Natal


Duniatera.com
- Christmas Island, dikenal juga sebagai Pulau Natal, adalah sebuah pulau yang mungkin tak banyak dikenal banyak orang, tetapi ia memiliki cerita menarik dan sejarah yang kaya. 

Berlokasi di Samudra Hindia, 350 KM selatan Pulau Jawa dan sekitar 1550 km barat laut dari daratan Australia, pulau seluas 135 km2 ini memiliki keindahan alam yang memukau.

Sebuah Permata Tersembunyi di Samudra Hindia

Berkunjung ke Christmas Island bagaikan menemukan sebuah permata. Meski ukurannya tak sebesar Jakarta Selatan, pulau ini memiliki keanekaragaman budaya yang begitu kaya. 

Dengan populasi sekitar 2000 penduduk, kita dapat menemukan berbagai keturunan seperti Tionghoa, Australia, Melayu, Inggris, dan Indonesia. Bahasa Inggris menjadi bahasa resmi di sana, namun tak jarang kita mendengar percakapan dalam bahasa Mandarin, Melayu, Kanton, Milan, Tagalog, dan lainnya.

Mayoritas penduduk tinggal di bagian utara pulau ini, namun sebagian besar wilayahnya masih tertutup hutan lebat yang asri. Sejarah panjang pulau ini dimulai ketika Kapten William Minors dari kapal Royal Mary menemukannya pada hari Natal di tahun 1643. Nama "Natal" atau "Christmas" pun disematkan padanya.


Sejarah yang Menarik


Dari fosfat yang berharga hingga perang dunia, Christmas Island memiliki cerita yang menarik. Penemuan potensi pertambangan fosfat membawa Inggris untuk menguasai wilayah ini pada tahun 1888. 

Perang Dunia II meninggalkan bekas dengan pendudukan Jepang dan pengiriman setengah populasi ke kamp penjara di Indonesia. Namun, setelah Jepang dikalahkan pada 1945, Inggris mengambil alih kembali dan akhirnya menyerahkannya kepada Australia.

Harmoni kehidupan di Christmas Island tercermin dari keragaman etnis dan agama yang ada. Muslim, yang mayoritas Melayu, menjadi salah satu kelompok agama terbesar di sini dengan 25% dari populasi. 

Di tengah keanekaragaman budaya ini, Muslim hidup damai bersama kelompok lain. Hal ini terlihat dengan adanya libur hari besar untuk tiap etnis dan umat beragama, termasuk Idul Fitri dan Idul Adha. Perayaan-perayaan Islam pun kerap digelar, mirip dengan yang ada di Indonesia dan Malaysia.


Keanekaragaman Hayati

Selain budayanya, Christmas Island juga kaya dengan keanekaragaman hayati. Dijuluki sebagai "Galapagosnya Samudra Hindia", pulau ini terkenal dengan kepiting merahnya. 

Saat musim hujan tiba, diperkirakan puluhan juta kepiting merah merangkak keluar dari hutan menuju laut untuk berkembang biak, menciptakan pemandangan spektakuler yang mempesona.

Christmas Island bukan hanya tentang keindahannya, tetapi juga tentang harmoni, sejarah, dan keanekaragaman budaya dan hayati yang ada. 

Di tengah samudra, di pulau kecil ini, kita dapat menemukan contoh sempurna tentang bagaimana berbagai etnis dan agama dapat hidup berdampingan dalam damai. Christmas Island memang sangat istimewa.

Taufikul Basari

Meraih Master of Business Administration (MBA) dari SBM ITB pada 2020

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال