Profil Tokoh Sastra: Asrul Sani (1926—2003)


Duniatera.com
- Asrul Sani adalah seorang sastrawan terkenal yang menjadi pelopor Angkatan '45. Bersama dengan Chairil Anwar dan Rivai Apin, dia dianggap sebagai trio penyair Indonesia yang membawa pembaruan. Selain sebagai penyair, Asrul Sani juga dikenal sebagai penulis esai yang mahir pada tahun 1950-an.

Lahir pada tanggal 10 Juni 1926 di Rao, Sumatra Barat, Asrul Sani adalah anak kedua dari Sultan Marah Sani Syair Alamsyah yang Dipertuan Rao Mapat. Dia berasal dari keluarga yang taat beragama Islam dan mendapat pendidikan agama di sekolah Dar el Ashar. Setelah menyelesaikan pendidikan dasar di HIS Bukittinggi, ia melanjutkan ke Jakarta, masuk ke sekolah teknik Koningin Wilhelmina School (KWS). Namun, ia tidak berhasil menyelesaikan studi tekniknya karena kurang minat dan bakat di bidang tersebut.

Kegemarannya dalam dunia sastra muncul sejak usia dini. Ibu dan ayahnya telah menanamkan bibit-bibit kecintaan pada sastra sejak ia masih kecil. Dia telah mendengar cerita-cerita ibunya bahkan sebelum ia bisa membaca, termasuk cerita terkenal "Surat kepada Radja" karya Tagore. Ketika dia mulai bisa membaca, tulisan pertamanya yang berbentuk puisi, yang berjudul "Kekasih Pradjurit", dipublikasikan dalam surat kabar Pemandangan ketika dia masih SMP. Setelah itu, puisi-puisi dan cerpennya mulai muncul di berbagai media massa seperti majalah Siasat, Kisah, Konfrontasi, Gema Suasana, serta surat kabar Mimbar Indonesia dan Indonesia Raja.

Asrul Sani memiliki hubungan erat dengan Chairil Anwar. Mereka adalah sahabat dekat dan saling mempengaruhi dalam karya-karya mereka. Bersama dengan Rivai Apin, mereka menerbitkan buku kumpulan puisi berjudul Tiga Menguak Takdir pada tahun 1950. Selain menjadi penyair, Asrul juga memiliki peran penting dalam dunia film dan teater. Dia pernah menjadi sutradara seni pentas dan film, Direktur Akademi Teater Nasional Indonesia (ATNI), serta memegang berbagai posisi penting dalam organisasi seni dan budaya di Indonesia.

Karya-karya Asrul Sani meliputi puisi, cerpen, drama, dan esai. Beberapa karyanya yang terkenal antara lain adalah "Mantera" (kumpulan puisi, 1975), Dari Suatu Masa dari Suatu Tempat (kumpulan cerpen, 1972), dan Mahkamah (drama, 1988). Selain itu, dia juga aktif sebagai penerjemah karya sastra dari berbagai bahasa ke dalam bahasa Indonesia.

Asrul Sani meninggal pada tanggal 11 Januari 2003 di Jakarta, meninggalkan warisan sastra yang berharga. Kontribusinya dalam dunia sastra, terutama dalam bentuk esai, telah memberikan pengaruh yang signifikan. Ia dianggap sebagai salah satu pemikir kebudayaan modern yang penting dalam sejarah pemikiran Indonesia.

Taufikul Basari

Meraih Master of Business Administration (MBA) dari SBM ITB pada 2020

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال